Menyusul insiden pembakaran Quran di Afghanistan oleh militer AS, Presiden Barack Obama menyatakan maaf.
"Kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna menghindari
terulangnya peristiwa semacam itu. Kami juga akan menyelidiki pihak
yang bertanggung jawab terhadap insiden itu," demikian Obama dalam
suratnya kepada Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, seperti dinukil dari
laman CNN.
Permintaan itu disampaikan setelah massa terlibat dalam unjuk rasa
yang diwarnai kekerasan selama tiga hari berturut-turut sebagai aksi
menentang pembakaran. Puncaknya, dua prajurit AS dibunuh oleh seorang
lelaki berseragam tentara Afghanistan.
Laman The Independent menulis reaksi keras dari para
pengunjuk rasa itu dipandang sebagai balasan atas sikap angkatan perang
asing yang dianggap tidak menghormati hukum dan kebudayaan setempat.
Namun, agaknya pernyataan maaf itu tidak meredakan amarah bangsa
Afghanistan, yang melangsungkan demonstrasi di tujuh provinsi, Kamis, 23
Februari 2012. Selain memicu perlawanan kepada tentara AS, para
demonstran pun terlibat bentrok dengan polisi dan petugas keamanan
setempat.
Akibatnya, lima pengunjuk rasa tewas. Bahkan, sehari sebelumnya, tujuh demonstran lebih dulu kehilangan nyawa.
Kerusuhan mulai pecah pada hari Selasa setelah para pekerja
Afghanistan di pangkalan militer utama AS, Bagram, menyaksikan
sekelompok tentara membuang tumpukan buku di sebuah lubang tempat sampah
biasa dibakar. Mereka melihat ada Quran terselip di tumpukan itu.
Seorang pejabat tinggi militer AS dan NATO, Jenderal John Allen,
buru-buru memohon maaf. Ia menelepon Presiden Karzai dan media-media
berpengaruh untuk memberi penjelasan bahwa pembakaran Quran itu bukan
kesengajaan.
0 comments:
Post a Comment
Please comment and your comments are very useful for the development of this blog. Do not forget to comment ethics, and do not waste time trying to spam. Thank You!