Praktik korupsi di lembaga legislatif saat ini ditengarai semakin
ganas. Politisi instan juga semakin banyak. Perbaikan partai politik,
terutama terkait transparansi keuangan partai dan pengukuran kinerja
kadernya, menjadi jalan utama memperbaiki kondisi Dewan Perwakilan
Rakyat.
Kondisi itu mengemuka dalam diskusi tentang DPR yang terbelit korupsi di Redaksi Kompas,
Jakarta, Selasa (28/2/2012). Diskusi dipandu Teten Masduki dari
Transparency International Indonesia. Narasumber yang tampil adalah
Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
Agus Santoso, Haryatmoko (ahli etika dari Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta), Akhiar Salmi (ahli hukum pidana korupsi dari Universitas
Indonesia, Jakarta), Sebastian Salang (Forum Masyarakat Peduli Parlemen
Indonesia), dan anggota Komisi III dari Fraksi Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan DPR, Eva Kusuma Sundari.
Narasumber dan
pemandu sepakat, perilaku koruptif yang ganas di DPR itu terungkap jelas
di media massa, dengan banyaknya anggota Dewan yang terjerat kasus
korupsi. Semakin banyak dan beragam pula kasus korupsi yang terungkap di
DPR.
Becermin dari kasus korupsi pembangunan wisma atlet SEA
Games di Palembang, Teten menilai, korupsi di DPR sudah amat
memprihatinkan. Dari kasus itu terlihat, anggota DPR ikut mengatur
pelaksanaan proyek di kementerian atau lembaga dan kemudian mendapatkan
uang dari kegiatan itu.
Korupsi di DPR, kata Sebastian, sekarang
dilakukan dengan memborong berbagai proyek di APBN. Sejumlah calo
memberikan uang kepada pejabat di kementerian atau lembaga untuk
mendapatkan sejumlah proyek. Uang itu juga diberikan kepada sejumlah
anggota DPR agar mereka menyetujui sejumlah proyek. Dalam kondisi ini,
lelang hanya menjadi formalitas.(ANA/NWO/FAJ/TRA)
Sumber data: Litbang Kompas/BIP/UMI, disarikan dari pemberitaan Kompas.
0 comments:
Post a Comment
Please comment and your comments are very useful for the development of this blog. Do not forget to comment ethics, and do not waste time trying to spam. Thank You!