Pendidikan
merupakan hak yang didapat oleh semua orang tanpa melihat ras, agama,
dan asal negara. Hal yang sama juga berlaku bagi warga Korea Utara yang
menetap di Jepang. Demi tetap melestarikan kultur Korea agar tidak
luntur, 10 sekolah internasional Korea Utara pun didirikan di Negeri
Sakura ini.
Sekolah-sekolah internasional Korea Utara yang ada di Jepang, memiliki fasilitas pendidikan yang sama dengan sekolah pada umumnya. Namun, yang membuat sekolah ini berbeda, yaitu hadirnya foto pendiri Korea Utara, Kim Il Sung dan mantan Presiden Kim Jong Il yang menghiasi hampir seluruh kelas. Inilah yang membuat pemerintah Tokyo resah.
Banyak opini yang berkembang bahwa negara komunis itu mencoba mencuci otak 650 siswa sekolah internasional di Tokyo untuk dijadikan mata-mata. Namun, anggapan tersebut ditepis oleh satu siswa di sekolah tersebut, Kyong Rae Ha (17).
"Apa yang dipikirkan orang-orang keliru. Kami tidak dicuci otak. Kami hanya ingin mempelajari bahasa dan budaya Korea," ungkap Rae Ha seperti dikutip CNN, Senin 4 Februari 2013.
Pendapat senada diungkapkan oleh siswa lainnya, Sang Yong Lee (17). Yong Lee malah tertawa mendengar opini yang berkembang bahwa dirinya dilatih oleh pemerintah Korut untuk menjadi mata-mata di Jepang.
"Saya tidak dilatih untuk menjadi mata-mata. Sekolah ini adalah tempat saya bisa menunjukkan kebanggaan sebagai warga Korea yang tinggal di Jepang," ujarnya.
Memang banyak siswa dan keluarga asal Korut yang lahir dan dibesarkan di Jepang. Ini disebabkan ketika Korea masih menjadi salah satu negara yang dijajah Jepang, banyak warganya yang dibawa secara paksa ke Negeri Sakura tersebut.
Sekolah-sekolah internasional Korea Utara yang ada di Jepang, memiliki fasilitas pendidikan yang sama dengan sekolah pada umumnya. Namun, yang membuat sekolah ini berbeda, yaitu hadirnya foto pendiri Korea Utara, Kim Il Sung dan mantan Presiden Kim Jong Il yang menghiasi hampir seluruh kelas. Inilah yang membuat pemerintah Tokyo resah.
Banyak opini yang berkembang bahwa negara komunis itu mencoba mencuci otak 650 siswa sekolah internasional di Tokyo untuk dijadikan mata-mata. Namun, anggapan tersebut ditepis oleh satu siswa di sekolah tersebut, Kyong Rae Ha (17).
"Apa yang dipikirkan orang-orang keliru. Kami tidak dicuci otak. Kami hanya ingin mempelajari bahasa dan budaya Korea," ungkap Rae Ha seperti dikutip CNN, Senin 4 Februari 2013.
Pendapat senada diungkapkan oleh siswa lainnya, Sang Yong Lee (17). Yong Lee malah tertawa mendengar opini yang berkembang bahwa dirinya dilatih oleh pemerintah Korut untuk menjadi mata-mata di Jepang.
"Saya tidak dilatih untuk menjadi mata-mata. Sekolah ini adalah tempat saya bisa menunjukkan kebanggaan sebagai warga Korea yang tinggal di Jepang," ujarnya.
Memang banyak siswa dan keluarga asal Korut yang lahir dan dibesarkan di Jepang. Ini disebabkan ketika Korea masih menjadi salah satu negara yang dijajah Jepang, banyak warganya yang dibawa secara paksa ke Negeri Sakura tersebut.
Tidak Danai
Namun, konflik antara
Jepang dan Korea Utara membuat pemerintah Jepang memutuskan tidak
memberikan bantuan finansial bagi sekolah-sekolah internasional Korea
Utara tersebut. Hal ini dikatakan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe.
"Kami tidak mempertimbangkan untuk mendanai sekolah-sekolah yang pro terhadap Korea Utara," ujar Abe.
Salah satu kepala sekolah internasional Korut, Gil Ung-shin, menyayangkan pernyataan tersebut. Menurut dia, walaupun sekolah yang ia pimpin menerima bantuan finansial dan buku dari pemerintah Pyongyang, pihaknya tidak memaksa siswa setia kepada siapa pun.
"Saya merasa sedih sekali melihat siswa saya harus ikut terbawa dalam konflik ini. Walaupun ini sekolah internasional Korea Utara, kami tidak pernah memaksa mereka untuk menjadi pengikut siapa pun," tegas Shin.
Terkait dengan pemasangan foto Kim Il Sung dan Kim Jung Il yang menghiasi gedung sekolah, Shin berpendapat itu hanyalah ungkapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu sekolah itu bertahun-tahun. (art)
"Kami tidak mempertimbangkan untuk mendanai sekolah-sekolah yang pro terhadap Korea Utara," ujar Abe.
Salah satu kepala sekolah internasional Korut, Gil Ung-shin, menyayangkan pernyataan tersebut. Menurut dia, walaupun sekolah yang ia pimpin menerima bantuan finansial dan buku dari pemerintah Pyongyang, pihaknya tidak memaksa siswa setia kepada siapa pun.
"Saya merasa sedih sekali melihat siswa saya harus ikut terbawa dalam konflik ini. Walaupun ini sekolah internasional Korea Utara, kami tidak pernah memaksa mereka untuk menjadi pengikut siapa pun," tegas Shin.
Terkait dengan pemasangan foto Kim Il Sung dan Kim Jung Il yang menghiasi gedung sekolah, Shin berpendapat itu hanyalah ungkapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu sekolah itu bertahun-tahun. (art)
© VIVA.co.id
0 comments:
Post a Comment
Please comment and your comments are very useful for the development of this blog. Do not forget to comment ethics, and do not waste time trying to spam. Thank You!