TEMPO.CO, Jakarta
- Pengusaha Batik, Ari Bintarti memulai usahanya dengan modal awal Rp
500 ribu dari kantong sendiri. Pemilik Batik Alsier, Desa Wonorejo,
Rungkut, Surabaya ini mulanya tak bisa membatik. Ibu rumah tangga itu
hanya senang menggambar dan menyukai batik.
Kisahnya sebagai pengusaha berawal pada tahun 2008, saat Pemerintah
Kota Surabaya memberikan pelatihan batik tulis di kantor Kecamatan
Rungkut. Ari adalah satu dari 50 warga Rungkut yang ikut pelatihan itu.
“Saya penasaran saja, bagaimana cara membuat batik,” ujarnya kepada
Tempo, Rabu 15 Februari 2017.
Lima puluh warga—kebanyakan ibu rumah tangga—dibagi dalam kelompok
kecil sesuai dengan kelurahan. Setahun kemudian, setelah merasa sanggup
membuat batik tulis, Ari nekat membikin usaha batik sendiri. Batik Balap
namanya, akronim dari Batik Alam Pesisir. “Tapi, karena pas daftar
merek kok banyak yang pakai nama ‘Balap’, saya ganti jadi Alsier,” kata
Ari.
Sayang, bisnis Ari tidak bisa langsung berlari. Dia masih
mengandalkan satu pameran ke pameran yang lain untuk jualan. Tapi
kesabaran itu berbuah. Alsier makin dikenal setelah ikut sebuah pameran
besar di Jakarta pada 2011. “Pameran membuat produk saya tetap eksis dan
bisa menggaet pelanggan baru,” kata Ari.
Firstijanti, pemilik Butik Firta, merupakan salah seorang pelanggan batik Alsier. Butik pakaian khusus batik itu menjadi pelanggan Ari sejak 2013. “Saya dulu pesan beberapa lembar saja, hasilnya kok bagus. Saya coba pesan lagi untuk dibuat seragam,” katanya.
Butik yang berlokasi di kawasan Jambangan, Surabaya, itu biasa menerima pesanan seragam batik tulis. Profil pemesan yang beragam, menuntut Firstijanti, menyesuaikan kemauan dan kemampuan pengorder.
ARTIKA RACHMI FARMITA (SURABAYA) | KHAIRUL ANAM
0 comments:
Post a Comment
Please comment and your comments are very useful for the development of this blog. Do not forget to comment ethics, and do not waste time trying to spam. Thank You!