Semarang
(ANTARA) - Pakar pendidikan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
atau IKIP PGRI Semarang Muhdi menilai bonus demografi berupa populasi
usia produktif yang dimiliki Indonesia menjadi peluang sekaligus
ancaman.
"Bonus demografi itu yang mendasari tema mencetak generasi emas pada
peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, karena populasi usia
produktif Indonesia saat ini memang besar," katanya di Semarang, Rabu.
Muhdi yang juga Rektor IKIP PGRI Semarang itu mengakui besarnya
populasi penduduk usia produktif yang dimiliki Indonesia memang menjadi
peluang dalam mencetak generasi emas, dan mendorong mencapai "Indonesia
emas".
Persoalannya, kata dia, jika populasi usia produktif itu tidak
dikelola dengan baik, maka bisa menjadi ancaman bagi Indonesia ke
depannya, dan kata kunci untuk mencetak generasi emas sebenarnya
bergantung pendidikan.
Ia menjelaskan proses pendidikan di Indonesia saat ini masih memiliki
kekurangan pada beberapa aspek, terutama kesenjangan pendidikan
antardaerah, akses pendidikan yang terjangkau semua masyarakat, dan
kualitas guru.
"Kesenjangan pendidikan terjadi hampir di semuanya, mulai daerah
pinggiran dengan tengah kota, apalagi antardaerah di Indonesia. Ukuran
kesenjangan ini dengan mudah dilihat dari pemenuhan standar nasional
pendidikan," katanya.
Akses pendidikan, kata Sekretaris Umum PGRI Jawa Tengah itu, tidak
hanya terbatas akses mendapatkan pendidikan, namun bagaimana mereka yang
sudah mengakses pendidikan mampu mengakses sarana pendidikan secara
optimal.
"Contoh kecilnya, buku. Akses siswa terhadap buku pelajaran sangat
penting. Pemerintah memang sudah mengupayakan, sampai dengan pengadaan
buku elektronik (e-book). Namun, apakah semua daerah sudah bisa
mengaksesnya," katanya.
Setelah itu, kata dia, kualitas guru yang selama ini memang belum
cukup menggembirakan, mulai dari jenjang pendidikan hingga
kompetensinya, padahal keberadaan guru untuk mencetak generasi emas
sangatlah penting.
Menurut dia, pemerintah harus mampu memetakan dan memenuhi setidaknya
tiga aspek tersebut, yakni mengatasi kesenjangan pendidikan
antardaerah, menjamin akses pendidikan untuk seluruh masyarakat, dan
meningkatkan kualitas guru.
"Ini memang membutuhkan langkah masif, sistemik, dan ekstra. Namun,
harus dilakukan untuk mewujudkan generasi emas di masa yang akan datang.
Kalau tidak, `bonus demografi` itu justru menjadi ancaman di masa
datang," katanya.
Selain itu, ia mengatakan proses pendidikan yang sekarang ini
cenderung berupaya mencetak anak didik yang cerdas secara intelektual,
sebaiknya diimbangi dengan mencetak anak didik cerdas emosional, mental,
dan karakter.
"Untuk menghasilkan generasi emas, tidak cukup mengandalkan mereka
yang hanya cerdas secara intelektual, namun kecerdasan secara emosional,
mental, dan karakter juga sangat diperlukan," kata Muhdi.(ar)
0 comments:
Post a Comment
Please comment and your comments are very useful for the development of this blog. Do not forget to comment ethics, and do not waste time trying to spam. Thank You!