Home » » "Seba Baduy", Ritual yang Dipertahankan

"Seba Baduy", Ritual yang Dipertahankan

Written By Unknown on Monday, May 7, 2012 | Monday, May 07, 2012

Suku Baduy yang tinggal di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sampai sekarang masih mempertahankan "ritual seba" dan telah dijalankan secara turun-temurun.

Suku yang masih mempertahankan kehidupan tradisional tersebut, setiap tahun melaksanakan ritual itu, yang diawali di Kebupaten Lebak dan dilanjutukan ke Provinsi Banten.

Tahun ini pun, suku tersebut melaksanakan ritual rutin tersebut. Pada Jumat (27/4) malam. sekitar 1.350 warga Baduy, dengan mengenakan pakaian serba hitam, memenuhi Pendopo Kabupaten Lebak untuk mengikuti seba.

Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Daenah menjelaskan, masyarakat Baduy sudah tradisi setiap tahun merayakan seba untuk silatuhrahim dengan kepala daerah yakni Bupati Lebak.

"Perayaan seba tersebut dilaksanakan di Pendopo Kabupaten Lebak dan dihadiri Kepala Daerah dan pejabat Muspida setempat," katanya.

Seba Baduy merupakan tradisi dari peninggalan nenek moyang yang  bertujuan menjalin silatuhrahim dengan "Bapak Gede" (kepala pemerintah).

Perayaan seba setelah menjalani ritual kawalu selama tiga bulan dan kawasan Baduy Dalam yang tersebar di tiga kampung, yakni Cibeo, Cikeusik dan Cikawartana tertutup bagi wisatawan. "Kami berharap dengan perayaan seba itu dapat menyejahterakan masyarakat Baduy," ujarnya.

Menurut dia, bagi warga Baduy Dalam mereka berangkat dari kampungnya tidak menggunakan kendaraan tetapi berjalan kaki sepanjang 40 kilometer menuju Rangkasbitung.

Masyarakat Baduy datang ke Pendopo Kabupaten Lebak membawa berbagai hasil bumi seperti pisang, padi, buah-buahan serta tanaman lainnya untuk dipersembahkan kepada Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya.

Keesokan harinya, Sabtu (28/4), sekitar  1.388 warga baduy dalam dan baduy luar mendatangi kantor Gubernur Banten, sebagai rangkaian dari perayaan seba.

Sejak pagi, warga baduy luar dan dalam tersebut mulai memadati halam kantor Gubernur Banten di Jalan Letjen Kyai Sjam’un Kota Serang. Sementara acara "seba baduy" tersebut diselelnggarakan pada Sabtu malam di depan kantor Gubernur Banten.

Ketua adat baduy dalam, Mursyid mengatakan, kegiatan ritual tahunan warga baduy tersebut dimaksudkan sebagai bentuk rasa syukur dan menjalin silaturahim kepada pemerintah Provinsi Banten, setelah warga suku pedalaman di Banten Selatan tersebut melaksanakan panen hasil pertanian.

"Intinya kami menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada pemerintah. Kami juga berpesan agar pemerintah bisa melindungi kami dan hutan yang ada di daerah kami," kata Mursyid atau biasa dipanggil ayah Mursyid.

Sebelum melaksanakan seba atau persembahan di pemerintahan Provinsi Banten, warga baduy luar dan baduy dalam, juga melaksanakan kegiatan serupa di kantor Bupati Lebak pada Jumat malam.

Bagi warga baduy dalam dengan pakaian serba putih, untuk mengikuti kegiatan tersebut harus menempuh perjalanan selama dua hari dari perkampungannya di Cibeo Desa Kanekes Kecamatan Leuwi Damar Lebak.

Sedangkan bagi warga suku baduy luar dengan pakaian khas serba hitam. Mereka biasanya berangkat dari kampungnya dengan menumpang kendaraan dari Terminal Ciboleger menuju kantor Bupati Lebak dan dilanjutkan ke Pendopo Gubernur Banten.

Lestarikan

Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah mengharapkan, agar ritual seba tetap dilestarikan, karena selama merupakan bagian kebudayaan, melalui ritual  tersebut juga warga pedalaman tetep bisa memelihara lingkungan.

"Dalam seba masyarakat Baduy membawa aneka jenis hasil pertanian dan perkebunan, dan ini berarti mereka tetap melakukan trandisi bertani dan berkebun, maka dengan sendirinya lingkungan terjaga," katanya.

Berbagai literatur menyebutkan, seba merupakan sebuah tradisi adat yang harus dilakukan setiap tahunnya bagi warga Baduy sebagai wujud nyata tanda kesetiaan dan dan ketaatan kepada Pemerintah Republik Indonesia, yang dilaksanakan kepada penguasa pemerintahan, dimulai dari Bupati Lebak dan Gubernur Banten.

Seba itu sendiri dapat diartikan sebagai kunjungan resmi yang merupakan peristiwa dalam untaian adat masyarakat Baduy yang dilakukan seusai Kawalu dengan rangkaian acara secara terperinci serta persiapan yang matang.

Seba, juga  harus  berpedoman pada peraturan adat dan orang yang berperan dalam melakukan Seba adalah kepercayaan pu’un, atau pemimpin Suku Badyu, atas nama warganya memberikan laporan kepada pemerintah sekaligus menjembatani komunikasi.

Misinya membawa amanat pu’un, memberikan laporan selama satu tahun didaerahnya, menyampaikan harapan dan menyerahkan hasil bumi dari tanaman ladang yang digarap.

Rombongan yang berangkat tidak ditentukan, tetapi harus jaro sebagai orang kedua pu’un,  tokoh adat kajeroan, tokoh adat panamping, juru baasa, tokoh pemuda dengan maksud agar mengetahui tata caranya dan bisa menjadi generasi penerus dalam melanjutkan tradisi lelehur.

Dalam pelaksanaan seba, kelompok kaum sepuh berperan sebagai pengamat jalannya upacara dan pada saat sedang berlangsung tidak berbasa-basi dalam penyampaian kata-kata tetapi tegas, terbuka, jujur, tepat dan jelas dari permasalahan daerahnya tidak menutupi yang buruk dan tidak memamerkan yang baik.

Sedangkan kelompok pemuda, mempunyai kewajiban sebagai pengemban amanat pusaka untuk tidak menyimpang dari tujuan dan kelompok tokoh adat mengatur tata cara yang bertumpu kepada pakem, keharusan, larangan dan pantangan sejak berangkat dari daerahnya sampai ke tujuan.

Seba, juga merupakan  forum silaturahmi antara warga Baduy dengan pemerintah yang dipimpin Jaro Tanggung Duabelas, sekaligus melaporkan situasi social kemasyarakatan, keamanan dan hasil pertanian serta keadaan lain yang terjadi selama setahun terakhir.

Dalam pelaksanaan seba, dapat dibedakan beberapa kategori, yakni seba gede (seba besar) yaitu apabila hasil panen yang diperoleh selama satu tahun tersebut sangat memuaskan, maka barang bawaan seba dilakukan secara lengkap selain hasil¿hasil pertanian, gula, pisang juga termasuk pelengkap dapur.

Kemudian seba leutik (seba kecil) yakni apabila panen yang dihasilkan kurang memuaskan pelaksanaan seba cukup dengan menyerahkan hasil¿hasil pertanian tanpa dilengkapi dengan Perkara Olah dan peserta seba relatif lebih sedikit.
 
Sumber : ANT
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Please comment and your comments are very useful for the development of this blog. Do not forget to comment ethics, and do not waste time trying to spam. Thank You!